NILAI TUKAR UANG: STABILITAS NILAI UANG INTERNASIONAL
BAB I
PEMBAHASAN
- PENGERTIAN NILAI TUKAR
Nilai tukar (atau dikenal
sebagai kurs) adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai *nilai
tukar* mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari,
antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah.
Definisi niilai tukar atau kurs
("foreign exchange rate") antara lain dikemukakan oleh Abimanyu
adalah harga mata uang suatu negara relative terhadap mata uang negara lain.[1]
Karena nilai tukar ini mencakup dua mata uang, maka titik keseimbangannya
ditentukan oleh sisi penawaran dan permintaan dari kedua mata uang tersebut.
Pengertian lain dari nilai tukar
ditulis oleh Olivier Blanchard dalam bukunya Macroeconomics adalah :Nominal
exchange rate as the price of the domestic currency in term of foreign
currency.
Dapat disimpulkan dari beberapa definisi bahwa nilai tukar
adalah sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan
dengan satu unit mata uang negara lain.[2]
- SISTEM NILAI TUKAR
Paul A. Samuelson dan William D.
Nordhaus mengemukakan bahwa sistem kurs ada 3 (tiga) macam:[3]
- Cara kerja standar emas
Adalah suatu sistem kurs dengan
menggunakan standar emas. Sistem ini memberikan kurs tukar valuta asing yang
tetap untuk setiap Negara dan relatif mudah dipahami.
- Kurs valuta asing yang
mengambang “penuh”
Adalah kurs yang sepenuhnya di
tentukan oleh kekuatan pasar (penawaran dan permintaan)
- Sistem kurs valuta asing yang
mengambang “terkendali”
Dalam sistem ini terdapat beberapa
mata uang yang mengambang bebas bersama – sama mata uang yang dikaitkan dengan
dollar (mengambang bersama – sama dengan dollar). Mata uang suatu Negara
dibiarkan mengambang bersama – sama dengan dollar secara bebas di pasaran.
Tetapi pemerintah suatu Negara akan melakukan intervensi jika pasar dalam
keadaan kacau atau kurs sedang dianggap terlalu jauh dari yang diperkirakan
sebagai kurs yang tepat.
Di dalam sistem kurs mengambang
terkandung dua macam variasi.Pertama dirty float, yaitu apabila pemerintah
secara aktif melakukan usaha stabilitas nilai tukar valuta asing. Kedua Clean
float, yaitu jika pemerintah tidak melakukan usaha stabilitas kurs.[4]Suatu
sistem dinyatakan menggunakan dan atau menerapkan sistem kurs bebas apabila
memenuhi persyaratan sebagai berikut:[5]
- Mata uang yang beredar tidak
konvertibel terhadap emas
- Kurs valuta asing ditentukan
sepenuhnya oleh pasar. Apabila pemerintah melakukan intervensi maka yang
dilakukan adalah bagaimana kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi sisi
permintaan dan penawaran valuta asing.
- Tidak ada pembatasan penggunaan
valuta asing
Sistem nilai tukar yang ditentukan oleh pemerintah, ada
beberapa jenis, antara lain:
- Fixed exchange rate system.
Yaitu Sistem nilai tukar yang ditahan
secara bertahap oleh pemerintah atau berfluktuasi di dalam batas yang sangat
sempit. Jika nilai tukar berubah terlalu besar, maka pemerintah akan
mengintervensi untuk memeliharanya dalam batas-batas yang dikehendaki.
- Freely floating exchange rate
system.
Yaitu Sistem nilai tukar yang
ditentukan oleh tekanan pasar tanpa intervensi dari pemerintah.
- Managed floating exchange rate system.
Sistem nilai tukar yang terletak
diantara fixed system dan freely floating, tetapi mempunyai kesamaan dengan
fixed exchange system, yaitu pemerintah bisa melakukan intervensi untuk menjaga
supaya nilai mata uang tidak berubah terlalu banyak dan tetap dalam arah
tertentu. Sedangkan bedanya dengan free floating, managed float masih lebih
fleksibel terhadap suatu mata uang. Lalu menurut Krugman dan Obstfeld
(2000:485), managed floating exchange rate system adalah sebuah sistem dimana
pemerintah mengatur perubahan nilai tukar tanpa bermaksud untuk membuat nilai
tukar dalam kondisi tetap.
- Pegged exchange rate system.
Sistem nilai tukar dimana nilai tukar
mata uang domestik dipatok secara tetap terhadap mata uang asing.
- FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR
Ada beberapa faktor utama yang
mempengaruhi tinggi rendahnya nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata
uang asing. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Laju inflasi relative
Dalam pasar valuta asing perdagangan
internasional baik dalam bentuk barang atau jasa menjadi dasar yang utama dalam
pasar valuta asing, sehingga perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap
harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs
valuta asing.
Misalnya, jika Amerika sebagai mitra dagang Indonesia
mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi maka harga barang Amerika juga
menjadi lebih tinggi, sehingga otomatis permintaan terhadap barang dagangan
relatif mengalami penurunan.
2. Tingkat pendapatan relative
Faktor lain yang mempengaruhi
permintaan dan penawaran dalam pasar mata uang asing adalah laju pertumbuhan
riil terhadap harga-harga luar negeri. Laju pertumbuhan riil dalam negeri
diperkirakan akan melemahkan kurs mata uang asing. Sedangkan pendapatan riil
dalam negeri akan meningkatkan permintaan valuta asing relatif dibandingkan
dengan supply yang tersedia.
3. Suku bunga relative
Kenaikan suku bunga mengakibatkan
aktifitas dalam negeri menjadi lebih menarik bagi para penanam modal dalam
negeri maupun luar negeri. Terjadinya penanaman modal cenderung mengakibatkan
naiknya nilai mata uang yang semuanya tergantung pada besarnya perbedaan
tingkat suku bunga di dalam dan di luar negeri, maka perlu dilihat mana yang
lebih murah, di dalam atau di luar negeri. Dengan demikian sumber dari
perbedaan itu akan menyebabkan terjadinya kenaikan kurs mata uang asing
terhadap mata uang dalam negeri.
4. Kontrol pemerintah
Bahwa kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan
nilai tukar dalam berbagai hal termasuk :
- Usaha untuk menghindari
hambatan nilai tukar valuta asing.
- Usaha untuk menghindari
hambatan perdagangan luar negeri.
Menurut
Sukirno (2003:362) terdapat lima faktor-faktor yang mempengaruhi kurs yaitu :
a. Perubahan dalam cita rasa masyarakat
b. Perubahan harga dari barang-barang ekspor
c. Kenaikan harga-harga umum (inflasi)
d. Perubahan dalam tingkat bunga dan tingkat pengembalian
investasi
e. Perkembangan ekonomi
- TEORI PURCHASING POWER PARITY ( PPP )
Definisi
dari purchasing power parity (paritas daya beli) atau PPP adalah
suatu kondisi dimana harga dari suatu barang yang dapat diperdagangkan
(tradable goods) dalam suatu mata uang seharusnya sama di manapun
barang itu dibeli. Dalam teori ini, kurs suatu negara akan cenderung
menyeimbangkan biaya pembelian barang didalam negeri dengan pembelian barang
tersebut diluar negeri.[6] Katakanlah jika suatu barang yang identik
dapat dibeli di dua Negara dimana tidak terdapat biaya transaksi (transaction
cost), biaya transportasi (transportation cost), serta tidak ada halangan
perdagangan (trade barrier), sehingga dapat dikatakanan sebagai tradable goods.
Jika kondisi arbitrase (arbitrage condition) adalah kondisi di mana tidak
terdapatnya kesempatan untuk membeli suatu barang dengan harga rendah dan
menjualnya lagi dengan harga yang lebih tinggi. Terjadi untuk setiap
barang secara individual, maka kondisi arbitrase ini akan terjadi juga untuk
sekelompok barang (basket of goods) dalam jumlah yang representatif, sehingga
dapat di turunkan persamaan sebagai berikut:
P = e p’
Di mana: P= tingkat
harga domestic (domestic price)
p’= tingkat harga luar negeri
(foreign price)
e= nilai tukar uang (exchange rate)
Persamaan di
atas adalah apa yang dinamakan dengan ‘persamaan paritas daya beli’
atau purchasing power parity equation yang menyatakan bahwa rupiah sejumlah x
di Indonesia akan mempunyai daya beli yang sama di Singapura. Ini akan sejalan
dengan asumsi bahwa semua barang dapat diperdagangkan dan terdapatnya kondisi
arbitrase yang menjamin setiap individual dapat menjual barang dengan harga
yang sama di manapun juga.
Low of One
Price (LOP) atau hukum satu harga menyebutkan bahwa di dalam suatu pasar
persaingan yang tidak ada biaya transportasi serta bebas dari hambatan
perdagangan, maka suatu barang yang identik akan mempunyai harga yang sama jika
nilai dalam suatu mata uang tertentu. Perbedaan antara PPP dan LOP adalah
jika LOP diaplikasikan untuk komoditas individual sedangkan PPP diaplikasikan
untuk tingkat harga secara umum ( komposit harga dari keseluruhan komoditas
yang masuk dalam kumpulan yang menjadi referensi).
Nilai tukar
riil uang suatu negara adalah jumlah dari barang domestik yang di butuhkan untuk
membeli satu unit barang yang sama (identik) di luar negeri. Persamaannya
adalah sebagai berikut :
Real Exchange Rate = e p’/ P
Jika nilai tukar riil >1 , maka lebih dari 1 unit barang
domestik di butuhkan untuk membeli barang luar negeri yang identik. Jika nilai
tukar riil <1, maka kurang dari 1 unit barang domestik dibutuhkan untuk
membeli barang luar negeri yang identik.
Asumsi utama
yang mendasari teori PPP adalah bahwa pasar komoditi merupakan pasar yang
efisien dilihat dari alokasi, operasional, penentuan harga, dan informasi.
Secara implisit ini berarti:
Semua barang merupakan barang yang diperdagangkan di pasar
internasional (tradable goods) tanpa dikenal biaya transportasi sepersen
pun;
Tidak ada bea masuk, kuota, atau pun hambatan lain dalam
perdagangan internasional;
Barang luar
negeri dan barang domestik adalah homogen secara sempurna untuk masing-masing
barang;
Adanya kesamaan indeks harga yang digunakan untuk menghitung
daya beli mata uang asing dan domestik, terutama tahun dasar yang digunakan dan
elemen indeks harga.
- TEORI NILAI TUKAR UANG DALAM ISLAM
Dalam Islam sistem nilai tukar yang
dikenal berstandart dinar (emas) dan dirham (perak). Menurut Lee (2011)
konversi harga barang terhadap emas dan perak sudah terjadi sejak zaman khulafaur
rasyidin. Standart emas direkomendasikan dalam sistem nilai tukar islam karena
emas mengisi kriteria maqit al syariah, dimana emas tidak terpengaruh oleh
inflasi. Namun jika kita lihat saat ini, emas juga cenderung berfluktuasi
mengikuti arah perekonomian dunia. Kestabilan nilai tukar dalam Islam juga
bergantung pada tingkat supply dan demand yang terjadi di pasar uang. Oleh
karena itu Islam mengakui adanya perubahan atas nilai tukar dari waktu ke waktu
karena itu merupakan mekanisme pasar. Intervensi hanya dilakukan ketika
stabilitas nilai tukar sulit untuk dicapai.
Dalam transaksi internasional, dasar ketetentuan yang
digunakan oleh islam adalah hadis Nabi Muhammad yang megatakan bahwa:
Diriwayatkan oleh Abu Ubadah
ibnush-Shamid bahwa Rasullah Saw. telah bersabda,“Emas (hendaklah dibayar)
dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir,
kurma dengan kurma, dan garam dengan garam, sama dan sejenis haruslah dari
tangan ke tangan (cash). Maka apabila berbeda jenisnya, juallah sekehendak
kalian dengan syarat kontan.” (HR Muslim, dalam kitab al-Musaqah)
Arahan Rasulullah Saw. dalam hadits ini mengindikasikan:
- Emas dan perak sebagai mata uang
tidak boleh ditukarkan dengan sejenisnya (Rupiah dengan rupiah atau dollar
dengan dollar) kecuali sama jumlahnya.
- Bila berbeda jenisnya, rupiah
dengan yen, dapat ditukarkan (exchange) sesuai dengan market rate dengan
catatan harus naqdan atau spot.
Beberapa konsep atau peraturan pasar valas dalam islam:
- Pemeritah dapat melakukan
intervensi di pasar valas dikarenakan adanya kepentingan public (konsep
maslahah
- Adanya kemungkinan riba’ pada
transasksi selain spot di pasar valas. Karena terjadinya perbedaan suku
bunga antar Negara. Dengan demikian Islam hanya memperbolehkan transaksi
keuangan spot
- Adanya kemungkinan gharar dalam
transaksi mata uang antar Negara.
Dewan
Syariah Nasional (DSN) NO.28/DSN-MUI/III/2002 tentang transaksi jual beli mata
uang.
Pertama: Ketentuan Umum: Transaksi jual beli
mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan)
2. Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan)
3. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis
maka nilainya harus sama dan secara tunai (at-taqabudh).
4. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai
tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai.
Kedua: Jenis-jenis Transaksi Valuta Asing
1. Transaksi Spot, dalam Islam hukumnya adalahboleh, karena
dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian
yang tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi internasional.
2. Transaksi Forward, hukumnya haram, karena harga yang
digunakan adalah harga yang diperjanjikan (muwa’adah) dan penyerahannya
dilakukan di kemudian hari, padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum
tentu sama dengan nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk forward
agreement untuk kebutuhanyang tidak dapat dihindari (lilhajah).
3. Transaksi Swap, dalam islam hukumnya haram, karena
mengandung unsurmaisir(spekulasi).
4. Transaksi Option, hukumnya haram karena mengandung unsur
maisir
Nilai tukar
suatu mata uang di dalam Islam di golongkan dalam dua kelompok, yaitu: Natural
dan Human. Kebijakan nilai tukar uang dalam islam menggunakan sistem “Managed
Floating”, nilai tukar merupakan kebijakan pemerintah namun pemerintah tidak
mencampuri keseimbangan yang terjadi di pasar kecuali terjadi hal-hal yang
mengganggu keseimbangan itu sendiri. [7]
Dalam pembahasan nilai tukar menurut
islam akan dipakai dua skenario yaitu:
1. Terjadi perubahan-perubahan harga dalam negeri yang
memengaruhi nilai tukar uang. Sebab-sebab fluktuasi sebuah mata uang
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Natural Exchange
Rate Fluctuation, fluktuasi nilai tukar uang disebabkan adanya
perubahan-perubahan pada aggregate supply dan aggregate demand.
1) Fluktuasi nilai
tukar uang akibat dari perubahan – perubahan yang terjadi pada permintaan
agregatif ( AD ). Expansi AD akan mengakibatkan naiknya tingkat harga secara
keseluruhan( P ), seperti kita ketahui bahwa: P= e p' , jika tingkat harga
dalam negeri naik, sedangkan tingkat harga di luar negeri tetap, maka nilai
tukar mata uang akan mengalami depresiasi. Sebalik nya jika AD mengalami
kontraksi maka tingkat harga akan mengalami penurunan yang akan mengakibatkan
nilai tukar akan mengalami apresiasi.
2) Fluktuasi nilai
tukar uang akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada penawaran agregatif
(AS). Jika AS mengalami kontraksi, maka akan berakibat pada naiknya tingkat
harga secra keseluruhan, yang kemudian akan mengakibatkan melemahnya
(depresiasi) nilai tukar. Sebaliknya jika AS mengalami expansi maka akan
berakibat pada turunya tingkat harga secara keseluruhan yang akan mengakibatkan
menguatnya nilai tukar.
b. Human Error Exchange Rate Fluctuation, fluktuasi nilai
tukar yang disebabkan karena perilaku manusia seperti korupsi dan administrasi
yang buruk, pajak yang yang terlalu tinggi, dan pencetakan uang berlebihan
dengan tujuan mencari untung banyak.
1) Corruption dan Bad
Administration yang buruk akan mengakibatkan naiknya harga akibat terjadinya
Missallocation of Resources serta Mark-up yang tinggi yang harus dilakukan oleh
produsen untuk menutupi biaya-biaya siluman dalam proses produksinya.
2) Excesssive Tax
yang sangat tinggi yang dikenakan pada barang dan jasa akan meningkatkan harga
jual dari barang dan jasa tersebut.
3) Excessive
Seignorage, pencetak full-bodyed money atau 100% reserve money tidak akan
mengakibatkan terjadinya inflasi. Akan tetapi jika uang yang dicetak selain
dari kedua jenis itu maka akan menyebabkan kenaikan tingkat harga secara
umum.
2. Perubahan harga
yang terjadi diluar negeri
Perubahan harga yang terjadi diluar negeri bisa digolongkan karena 2 sebab yaitu:
a. Non engineered/ non manifulated changes,
Disebut sebagai non eminered/non manifulated changes adalah
karena perubahan yang terjadi bukan disebabakan oleh manipulasi (yang
dimaksudkan untuk merugikan) oleh pihak-pihak tertentu. Misalkan jika bank
central singapura (BSS) mengurangi jumlah uang SGD yang beredar, hal tersebut
akan mengakibatkan IDR terdepresiasi tanpa diduga. Oleh karena itu BI biasanya
akan menghilangkan efek ini dengan menjual SGD yang dimilikinya (cadangan
devisa) baik dengan cara strilised intervention maupun dengan cara unsterilized
intervention.
b. Enginered / Manipulated changes
Disebut sebagai enginered / manipulated changes adalah karena
perubahan yang terjadi disebabkan oleh manipulasi yang dilakukan oleh
pihak-pihak tertentu yang dimasudkan untuk merugikan pihak lain. misalnya para
fund manager di Singapura melepas IDR yang dimilikinya sehingga terjadi banjir
rupiah yang mengakibatkan nilai tukar rupiah mengalami depresiasai secara
tiba-tiba atau drastis diluar perkiraaan BI.
- DAMPAK NILAI TUKAR TERHADAP PEREKONOMIAN
Sebelum
membahas apa dampak nilai tukar terhadap perkonomian, disini akan menjelaskan
sedikit tentang apa itu nilai tukar uang.” perbedaan nilai tukar mata uang
suatu negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan
penawaran mata uang tersebut”, fluktuasi nilai tukar sekarang dari sebagian
orang dianggap sebagai salah satu penyebab terjadinya krisis ekonomi di
indonesia, itu terjadi karena adanya ketidakstabilan nilai tukar ini
mempengaruhi arus modal atau investasi dan perdagangan internasional.
Disini akan
menjelaskan sedikit alasan mengenai statement diatas. Indonesia sebagai negara
yang banyak mengimpor bahan baku indrustri mengalami dampak dari
ketidakstabilan kurs ini yang dapat dilihat dari melonjaknya biaya produksi
sehingga menyebabkan harga barang-barang milik indonesia mengalami kenaikan.
Bukan hanya itu saja terjadinya naik turun nilai tukar menjadi sesuatu yang
biasa terjadi. Ini di sebabkan karena pada dasarnya, kurs mata uang yang
mengedapankan atau berdasarkan pada kondisi kekuatan pasar. Biasanya memang
selalu berubah setiap saat pada setiap kali perubahan kurs mata uang yang ada
pada salah satu negara yang berubah juga. Dalam hal ini, kondisi kurs mata uang
menjadi sangat berharga jika kemudian permintaan lebih besar dibandingkan
dengan pasokan yang ada. Sedangkan pada nilai kurs mata uang kemudian bisa
menjadi menurun atau berkurang jika
permintaan pun mengalami kekurangan dari supply yang ada saat itu.
Dari sini
kemudian bisa dipahami bahwa, jika memang terjadi kenaikan permintaan terhadap
mata uang itu adalah hal yang baik. Hal itu terjadi karena hal tersebut
menandakan terjadinya peningkatan permintaan untuk transaksi uang. Paling
tidak, terjadinya peningkatan permintaan uang yang bersifat spekulatif di lihat
dari kondisi yang ada. Banyak contoh yang bisa kita ambil dari dampak
ketidakstabilan nilai tukar rupiah, bukan hanya dari segi produksi barang,
penjualan ataupun ekspor-impor. Sebagaimana yang diketahui bahwa di Indonesia
ini ada masalah mengenai nilai tukar rupiah, ini juga berdampak pada Bank
Indonesia. Masalah kurs mata uang ini menjadi semacam masalah yang menjadikan
Bank Indonesia mengalami sedikit kesulitan, terutama sekali dalam hal melakukan
penyesuaian dalam pasokan uang.
Maksudnya
disini; bahwasanya dalam hal melakukan penanganan pada permintaan uang pada jenis yang bertujuan spekulatif, maka
bank sentral sejatinya mengalami sedikit kesulitan dalam hal mengakomodasinya.
Meski demikian, tetap saja akan diupayakan dan selalu dicoba dalam hal
penyesuaian tingkat suku bunga pada kurs mata uang. Dengan tujuan agar investor
bisa mendapatkan kembali pilihan hingga mereka mau memutuskan untuk kembali
membeli mata uangnya jika memang suku bunga cukup tinggi. Namun pada kondisi
lain, masalah berikutnya adalah makin tingginya satu negara menaikkan suku
bungga pada kurs mata uang, hal ini berbanding lurus dengan kebutuhan untuk
mata uang yang dengan sendirinya akan pula semakin membesar. Perlu kita ketahui
bahwasannya kaitannya dengan masalah kurs mata uang pada perlakuan tindakkan
spekulasi terhadap realitas mata uang seprti ini, pada akhirnya akan berkaitan
dengan bisanya menghambat pertumbuhan perekonomian yang ada pada sebuah negara
bersangkutan sementara itu para pelaku spekulasi ini akan terus melakukan usaha
agar kurs mata uang dibuat di bawah tekanan terhadap mata uang. Hal ini di
lakukan agar dalam rangka melakukan pemaksaan. Supaya bank sentral bisa menjual
mata uang nya agar bisa menjaga terjadinya stabilitas pada mata uang.
Tingkat sebuah mata uang memiliki dampak langsung pada
aspek-aspek ekonomi berikut ini:
-
Perdagangan
barang
Perdagangan barang disini mengacu pada perdagangan
internasional suatu negara, atau ekspor dan impor. Secara umum, mata uang yang
lemah akan merangsang ekspor dan membuat impor lebih mahal, sehingga mengurangi
defisit perdagangan suatu negara (atau meningkatkan surplus) dari waktu ke
waktu.
Contoh sederhana untuk
menggambarkan konsep ini adalah sebagai berikut: Asumsikan Anda adalah seorang
eksportir AS yang menjual satu juta widget dengan harga masing-masing $ 10
untuk pembeli yang ada di Eropa dua tahun lalu, nilai tukar pada saat itu
adalah EUR 1 = 1,25 USD. Biaya untuk pembeli Eropa Anda adalah sebesar EUR 8 per
widget. Pembeli Anda sedang melakukan negosiasi harga yang lebih baik untuk
pesanan besar, dan karena dolar telah menurun menjadi 1,35 per euro, Anda mampu
untuk memberikan potongan harga $ 10 per widget. Bahkan jika harga baru yang
Anda berikan adalah EUR 7,50, yang bearti diskon 6,25% dari harga sebelumnya,
harga dalam USD akan masih sebesar $ 10,13 dengan kurs saat ini. Depresiasi
mata uang lokal Anda adalah alasan utama mengapa bisnis ekspor Anda tetap
kompetitif di pasar internasional. Sebaliknya, mata uang yang menguat secara
signifikan dapat mengurangi daya saing ekspor dan membuat impor lebih murah,
yang dapat menyebabkan defisit perdagangan akan terus berlanjut, dan kemudian
nantinya melemahnya mata uang bisa saja terjadi untuk penyesuaian keadaan. Tapi
sebelum penyesuaian ini terjadi, sektor
industri yang sangat berorientasi pada ekspor dapat hancur terlebih dahulu
karena mata uang yang terlalu kuat.
-
Pertumbuhan
ekonomi
Rumus dasar untuk PDB adalah C + I + G + (X – M) dimana:
C = Konsumsi atau belanja konsumen, komponen terbesar dari
ekonomi
I = Modal investasi oleh perusahaan dan rumah tangga
G = Belanja Pemerintah
(X – M) = Ekspor dikurangi impor, atau ekspor neto.
Dari persamaan ini, jelaslah bahwa semakin tinggi nilai
ekspor neto, semakin tinggi PDB suatu negara. Seperti dibahas sebelumnya,
ekspor bersih memiliki korelasi terbalik dengan kekuatan mata uang domestik.
-
Arus
modal
Modal asing akan cenderung mengalir ke negara-negara yang
memiliki pemerintahan yang kuat, ekonomi dinamis dan mata uang yang stabil.
Sebuah negara perlu memiliki mata uang yang relatif stabil untuk menarik modal
investasi dari investor asing. Jika tidak, prospek pertukaran kerugian yang
diakibatkan oleh depresiasi mata uang dapat menghalangi investor luar negeri.
Arus modal dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yang utama – Investasi
asing langsung (FDI), dimana investor asing mengambil saham di perusahaan yang
ada atau membangun fasilitas baru di luar negeri, dan investasi portofolio
asing, di mana investor asing berinvestasi di sekuritas luar negeri. FDI adalah
sumber dana penting untuk ekonomi negara
berkembang seperti China dan India, yang pertumbuhannya akan terganggu jika
modal tidak tersedia. Pemerintah lebih menyukai FDI daripada investasi
portofolio asing, karena investasi portofolio asing lebih seperti “uang panas”
yang dapat meninggalkan negara ketika keadaan menjadi sulit. Fenomena ini,
disebut sebagai “pelarian modal”, yang dapat dipicu oleh peristiwa negatif,
termasuk devaluasi yang diharapkan atau diantisipasi dari mata uang.
-
Inflasi
Sebuah mata uang yang terdevaluasi dapat mengakibatkan
“impor” inflasi bagi negara-negara importir besar. Penurunan mendadak sebesar
20% dari mata uang domestik dapat menyebabkan produk impor naik hingga 25% atau
lebih yang artinya bahwa penurunan 20% mengharuskan peningkatan sebesar 25%
untuk kembali ke modal awal.
-
Suku
bunga
Seperti disebutkan sebelumnya, tingkat nilai tukar adalah
pertimbangan utama bagi sebagian besar Bank sentral saat mengatur kebijakan
moneter. Misalnya, mantan Gubernur
Bank of Canada , Mark Carney, mengatakan dalam sebuah pidatonya pada September
2012 bahwa bank memperhatikan nilai tukar dolar Kanada dalam mengatur kebijakan
moneter. Carney mengatakan bahwa kekuatan terus-menerus dari dolar Kanada
adalah salah satu alasan mengapa kebijakan moneter Kanada telah “sangat
akomodatif” untuk waktu yang begitu lama. Sebuah mata uang domestik yang kuat
memberikan suatu hambatan pada ekonomi, ia akan memberikan hasil akhir yang
sama seperti kebijakan moneter yang lebih ketat (yaitu suku bunga yang lebih
tinggi). Selain itu, pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut pada saat mata
uang domestik sudah terlalu kuat dapat memperburuk masalah dengan menarik “uang
panas” lebih dari investor asing, yang sedang mencari investasi untuk
penghasilan lebih tinggi (yang selanjutnya akan mendongkrak mata uang
domestik).
- PENGARUH GLOBAL DARI NILAI TUKAR MATA UANG
Pasar forex global sejauh ini
merupakan pasar keuangan terbesar dengan volume perdagangan harian lebih dari $
5 triliun – jauh melebihi pasar lain termasuk saham, obligasi dan komoditas.
Meskipun demikian, volume perdagangan yang sangat besar, mata uang tetap
menjadi yang utama sepanjang waktu. Namun, ada kalanya mata uang bergerak
dengan cara dramatis, pada saat seperti itu, gaung dari gerakan ini dapat
benar-benar dirasakan di seluruh dunia.
Beberapa peristiwa global yang terpengaruh oleh nilai tukar mata
uang adalah:
-
Krisis
Asia 1997-1998
Krisis Asia dimulai dari devaluasi baht Thailand pada bulan
Juli 1997. Devaluasi terjadi setelah baht diserang spekulatif intens, memaksa
bank sentral Thailand untuk bergantung terhadap dolar AS dan membiarkan mata uangnya
tidak stabil. Hal ini memicu keruntuhan finansial yang menyebar ke ekonomi
tetangga seperti Indonesia, Malaysia, Korea Selatan dan Hong Kong. Hal ini
menyebabkan kebangkrutan di negara-negara tersebut dan pasar saham jatuh.
-
Runtuhnya
Yuan China:
Nilai Yuan China stabil selama satu dekade yaitu 1994-2004,
yang memungkinkan ekspornya meningkat . Hal ini menimbukan banyak keluhan dari
AS dan negara-negara lain bahwa China secara sengaja menekannilai mata uangnya
untuk meningkatkan ekspor. Yuan Cina dihargai pada kecepatan yang moderat,
mulai lebih dari 8 terhadap dolar pada tahun 2005 menjadi lebih dari 6 tahun
2013.
-
Perputaran
yen Jepang dari tahun 2008 hingga pertengahan 2013
Yen Jepang telah menjadi salah satu mata uang yang paling
stabil dalam lima tahun terakhir sampai pertengahan 2013. Sejak Agustus 2008 ,
yen – yang telah menjadi mata uang favorit untuk carry trades karena kebijakan
suku bunga Jepang mendekati nol – mulai sangat disukai karena investor yang
panik berbondong-bondong membeli mata uang tersebut untuk melunasi pinjaman
mereka dalam mata uang yen. Akibatnya, yen dihargai lebih dari 25% terhadap
dolar AS dalam lima bulan sampai Januari 2009. Pada 2013, stimulus moneter
Perdana Menteri Abe dan rencana stimulus fiskalnya – yang dijuluki “Abenomics”
menyebabkan penurunan sebesar 16% dalam yen dalam lima bulan pertama tahun ini.
-
Kekhawatiran Euro (2010-2012)
Kekhawatiran bahwa negara-negara berhutang seperti Yunani,
Portugal, Spanyol dan Italia pada akhirnya dipaksa keluar dari Uni Eropa, menyebabkan
Euro hancur, euro turun sebesar 20%
dalam tujuh bulan terakhir, dari tingkat 1,51 pada bulan Desember 2009 menjadi
sekitar 1,19 pada bulan Juni 2010. Jeda yang menyebabkan mata uang tersebut
menapak kembali semua kerugiannya selama tahun berikutnya terbukti hanya
bersifat sementara, karena kebangkitan Uni Eropa menghentikan kekhawatirannya
lagi sehingga menyebabkan penurunan 19% dalam euro dari Mei 2011 hingga Juli
2012.
-
Dampak
Devaluasi Mata Uang Cina ( 2016)
Setelah hanya lima bulan mengejutkan dunia dengan
mendevaluasi yuan pada Agustus lalu, People’s Bank of China (POCBC) atau Bank
Rakyat Cina, kembali memotong suku bunga acuan untuk yuan sebesar 0,5%.
Dampaknya, nilai mata uang yuan langsung jeblok ke 6,5945 per dolar AS,
terlemah sejak Februari 2011. Hanya dalam empat hari, mata uang Cina telah
kehilangan nilai sebesar 1,5%.
Namun tak hanya dirasakan Cina, devaluasi yuan diprediksi
akan berimbas besar terhadap nilai mata uang, saham, serta ekonomi global. Pertama,
hal tersebut semakin menimbulkan kekhawatiran mengenai laju pertumbuhan ekonomi
terbesar kedua di dunia tersebut. Publik menilai, jika keputusan devaluasi yuan
pada Agustus lalu telah menimbulkan kepanikan di pasar global, sekarang
kekhawatiran terhadap laju perekonomian di Cina bakal semakin bertambah.
Pada November tahun lalu, ekspor Cina menurun drastis hingga
6,8 persen. Berkurangnya permintaan global serta meningkatnya biaya tenaga
kerja menjadi penyebab menurunnya ekspor Cina selama lima bulan beruntun.
Kedua, devaluasi yuan juga menjadi kabar buruk bagi negara yang berorientasi
ekspor seperti Singapura, Hong Kong, Korea Selatan, dan Taiwan. Untuk pasar
Cina, nilai ekspor mereka tentunya akan menjadi lebih mahal. Namun di sisi
lain, negara-negara tersebut juga harus bersaing dengan negara lain untuk
mengekspor barang ke Negeri Tirai Bambu.
Survei Bloomberg menyebutkan, perusahaan non-keuangan di Asia
mampu mengumpulkan lebih dari 80 persen pendapatan mereka dari pasar Cina,
Eropa, dan Amerika. Jika dikombinasikan, keuntungan bersih tahunan mereka naik
dari 40 miliar dolar AS pada tahun 2010 menjadi 50 miliar dolar AS pada tahun
2013.
Ketiga, devaluasi yuan juga dikhawatirkan dapat memukul nilai mata uang Asia
lainnya serta komoditas perdagangan. Menurut Barclays, Standard Chartered, dan
Mizuho Bank, mata uang Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura adalah mata uang
yang paling rentan mengalami pelemahan. Pada hari Kamis (7/1), nilai dolar
Singapura merosot ke posisi terendah dalam enam tahun terakhir, sedangkan won
(mata uang Korea Selatan) berada di level terendah dalam empat bulan terakhir.
Keempat, devaluasi yuan juga akan memberikan tekanan pada negara-negara
berkembang di Asia, seperti Vietnam, Malaysia, dan Indonesia untuk menekan mata
uang mereka sendiri. Devaluasi kompetitif seperti ini sebelumnya pernah terjadi
ketika krisis moneter menerjang Asia pada tahun 1997 silam. Menurut penelitian
Financial Times terhadap lebih dari 100 negara, devaluasi kompetitif seperti
ini memang bisa mengurangi impor, namun tidak memberikan manfaat apa pun
terhadap pertumbuhan ekspor.
Terakhir kelima, semakin melemahnya nilai yuan
terhadap mata uang mitra dagangnya, juga semakin memperbesar risiko keuntungan
perusahaan dan memengaruhi bank-bank di daerah. CEO DBS, Piyush Gupta, pada
Rabu (6/1) lalu telah memperingatkan bahwa depresiasi yuan bisa menyebabkan
nilai utang perusahaan Cina dalam bentuk dolar AS bakal semakin tinggi, dan
pembayaran utang tersebut akan menjadi jauh lebih sulit.
BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN
- Nilai tukar adalah sejumlah uang
dari suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan satu unit
mata uang negara lain. Menurut Madura, ada beberapa faktor yang terjadi di
negara yang bersangkutan yaitu selisih tingkat inflasi, selisih tingkat
suku bunga, selisih tingkat pertumbuhan GDP, intervensi pemerintah di
pasar valuta asing dan perkiraan pasar atas nilai mata uang yang akan
datang (expectations).
- Pada dasarnya terdapat empat
jenis sistem kurs utama yang berlaku yaitu: fixed exchanged rate system, freely
floating exchanged rate system, managed floating exchanged rate system,
dan pegged exchanged rate system.
- Nilai tukar suatu mata uang di
dalam Islam digolongkan dalam dua kelompok, yaitu: Natural dan Human.
Dalam pembahasan nilai tukar menurut islam akan dipakai dua skenario
yaitu: perubahan harga yang terjadi di dalam negri dan perubahan harga di
luar negeri.
- Pergerakan mata uang bisa
memiliki dampak yang luas tidak
hanya pada ekonomi domestik, tetapi juga pada ekonomi global. Karena
pergerakan mata uang bisa menjadi resiko potensial ketika seseorang
memiliki eksposur forex yang subtansial, mungkin lebih baik untuk
membatasi nilai risiko ini melalui instrumen nilai lindung yang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Yoopi. 2004. Memahami Kurs Valuta Asing , Jakarta:
FE-UI.
Blanchard, Foliver. 2006.
Macroeconomics Fourth Edition, New Jersey: Prentice Hall.
Karim, Adiwarman. 2013.
Ekonomi Makro Islami Edisi Ketiga, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Paul A. Samuelson dan
William D. Nordhaus. 2004. Ilmu Makro Ekonomi, Edisi tujuh belas,
Jakarta: PT Media Global Edukasi.
[1]
Yoopi Abimanyu, "Memahami Kurs Valuta Asing"(FE-UI, Jakarta:2004)
[2]
FOliver Blanchard, "Macroeconomics Fourth Edition" (Prentice Hall,
New Jersey: 2006)
[3]
Paul A. Samuelson dan William D.
Nordhaus,Ekonomi, Edisi kedua belas jilid 2,Jakarta: Erlangga, 1992, hal. 622 –
628
[4]
Op.Cit
[5] Lawrence S.
Ritter dan William L. Silber dalam Imamudin Yuliadi,Ibid
[6]
Paul A. Samuelson dan William D.
Nordhaus, Ilmu Makro Ekonomi, Edisi tujuh belas, Jakarta: PT Media Global
Edukasi, 2004
[7] Adiwarman Karim,Ekonomi Makro Ekonomi (Jakarta: Rajawali Pers,
2014), hal. 168
Tidak ada komentar:
Posting Komentar