Senin, 16 Januari 2017

NILAI TUKAR UANG: STABILITAS NILAI UANG INTERNASIONAL


NILAI TUKAR UANG: STABILITAS NILAI UANG INTERNASIONAL
BAB I
PEMBAHASAN
  1. PENGERTIAN NILAI TUKAR
Nilai tukar (atau dikenal sebagai kurs) adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai *nilai tukar* mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah.
Definisi niilai tukar atau kurs ("foreign exchange rate") antara lain dikemukakan oleh Abimanyu adalah harga mata uang suatu negara relative terhadap mata uang negara lain.[1] Karena nilai tukar ini mencakup dua mata uang, maka titik keseimbangannya ditentukan oleh sisi penawaran dan permintaan dari kedua mata uang tersebut.
Pengertian lain dari nilai tukar ditulis oleh Olivier Blanchard dalam bukunya Macroeconomics” adalah :”Nominal exchange rate as the price of the domestic currency in term of foreign currency”.
Dapat disimpulkan dari beberapa definisi bahwa nilai tukar adalah sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan satu unit mata uang negara lain.[2]

  1. SISTEM NILAI TUKAR
Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus mengemukakan bahwa sistem kurs ada 3 (tiga) macam:[3]
  1. Cara kerja standar emas
Adalah suatu sistem kurs dengan menggunakan standar emas. Sistem ini memberikan kurs tukar valuta asing yang tetap untuk setiap Negara dan relatif mudah dipahami.
  1. Kurs valuta asing yang mengambang “penuh”
Adalah kurs yang sepenuhnya di tentukan oleh kekuatan pasar (penawaran dan permintaan)
  1. Sistem kurs valuta asing yang mengambang “terkendali”
Dalam sistem ini terdapat beberapa mata uang yang mengambang bebas bersama – sama mata uang yang dikaitkan dengan dollar (mengambang bersama – sama dengan dollar). Mata uang suatu Negara dibiarkan mengambang bersama – sama dengan dollar secara bebas di pasaran. Tetapi pemerintah suatu Negara akan melakukan intervensi jika pasar dalam keadaan kacau atau kurs sedang dianggap terlalu jauh dari yang diperkirakan sebagai kurs yang tepat.
Di dalam sistem kurs mengambang terkandung dua macam variasi.Pertama dirty float, yaitu apabila pemerintah secara aktif melakukan usaha stabilitas nilai tukar valuta asing. Kedua Clean float, yaitu jika pemerintah tidak melakukan usaha stabilitas kurs.[4]Suatu sistem dinyatakan menggunakan dan atau menerapkan sistem kurs bebas apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:[5]
  1. Mata uang yang beredar tidak konvertibel terhadap emas
  2. Kurs valuta asing ditentukan sepenuhnya oleh pasar. Apabila pemerintah melakukan intervensi maka yang dilakukan adalah bagaimana kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi sisi permintaan dan penawaran valuta asing.
  3. Tidak ada pembatasan penggunaan valuta asing
Sistem nilai tukar yang ditentukan oleh pemerintah, ada beberapa jenis, antara lain:
  1.  Fixed exchange rate system.
Yaitu Sistem nilai tukar yang ditahan secara bertahap oleh pemerintah atau berfluktuasi di dalam batas yang sangat sempit. Jika nilai tukar berubah terlalu besar, maka pemerintah akan mengintervensi untuk memeliharanya dalam batas-batas yang dikehendaki.
  1. Freely floating exchange rate system.
Yaitu Sistem nilai tukar yang ditentukan oleh tekanan pasar tanpa intervensi dari pemerintah.
  1.  Managed floating exchange rate system.
Sistem nilai tukar yang terletak diantara fixed system dan freely floating, tetapi mempunyai kesamaan dengan fixed exchange system, yaitu pemerintah bisa melakukan intervensi untuk menjaga supaya nilai mata uang tidak berubah terlalu banyak dan tetap dalam arah tertentu. Sedangkan bedanya dengan free floating, managed float masih lebih fleksibel terhadap suatu mata uang. Lalu menurut Krugman dan Obstfeld (2000:485), managed floating exchange rate system adalah sebuah sistem dimana pemerintah mengatur perubahan nilai tukar tanpa bermaksud untuk membuat nilai tukar dalam kondisi tetap.
  1. Pegged exchange rate system.
Sistem nilai tukar dimana nilai tukar mata uang domestik dipatok secara tetap terhadap mata uang asing.




  1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR
Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Laju inflasi relative
Dalam pasar valuta asing perdagangan internasional baik dalam bentuk barang atau jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing.
Misalnya, jika Amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi maka harga barang Amerika juga menjadi lebih tinggi, sehingga otomatis permintaan terhadap barang dagangan relatif mengalami penurunan.
2. Tingkat pendapatan relative
Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar mata uang asing adalah laju pertumbuhan riil terhadap harga-harga luar negeri. Laju pertumbuhan riil dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata uang asing. Sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan permintaan valuta asing relatif dibandingkan
dengan supply yang tersedia.
3. Suku bunga relative
Kenaikan suku bunga mengakibatkan aktifitas dalam negeri menjadi lebih menarik bagi para penanam modal dalam negeri maupun luar negeri. Terjadinya penanaman modal cenderung mengakibatkan naiknya nilai mata uang yang semuanya tergantung pada besarnya perbedaan tingkat suku bunga di dalam dan di luar negeri, maka perlu dilihat mana yang lebih murah, di dalam atau di luar negeri. Dengan demikian sumber dari perbedaan itu akan menyebabkan terjadinya kenaikan kurs mata uang asing terhadap mata uang dalam negeri.

4. Kontrol pemerintah
Bahwa kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan nilai tukar dalam berbagai hal termasuk :
    1. Usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing.
    2. Usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negeri.
            Menurut Sukirno (2003:362) terdapat lima faktor-faktor yang mempengaruhi kurs yaitu :
a. Perubahan dalam cita rasa masyarakat
b. Perubahan harga dari barang-barang ekspor
c. Kenaikan harga-harga umum (inflasi)
d. Perubahan dalam tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi
e. Perkembangan ekonomi

  1. TEORI PURCHASING POWER PARITY ( PPP )
            Definisi dari purchasing power parity (paritas daya beli) atau PPP adalah suatu kondisi dimana harga dari suatu barang yang dapat diperdagangkan (tradable  goods) dalam suatu mata uang seharusnya sama di manapun barang itu dibeli. Dalam teori ini, kurs suatu negara akan cenderung menyeimbangkan biaya pembelian barang didalam negeri dengan pembelian barang tersebut diluar negeri.[6]  Katakanlah jika suatu barang yang identik dapat dibeli di dua Negara dimana tidak terdapat biaya transaksi (transaction cost), biaya transportasi (transportation cost), serta tidak ada halangan perdagangan (trade barrier), sehingga dapat dikatakanan sebagai tradable goods. Jika kondisi arbitrase (arbitrage condition) adalah kondisi di mana tidak terdapatnya kesempatan untuk membeli suatu barang dengan harga rendah dan menjualnya  lagi dengan harga yang lebih tinggi. Terjadi untuk setiap barang secara individual, maka kondisi arbitrase ini akan terjadi juga untuk sekelompok barang (basket of goods) dalam jumlah yang representatif, sehingga dapat di turunkan persamaan sebagai berikut:
P = e p’
Di mana: P=  tingkat harga domestic (domestic price)
               p’=  tingkat harga luar negeri (foreign price)
               e=   nilai tukar uang (exchange rate)
            Persamaan di atas adalah apa yang dinamakan  dengan ‘persamaan paritas daya beli’ atau purchasing power parity equation yang menyatakan bahwa rupiah sejumlah x di Indonesia akan mempunyai daya beli yang sama di Singapura. Ini akan sejalan dengan asumsi bahwa semua barang dapat diperdagangkan dan terdapatnya kondisi arbitrase yang menjamin setiap individual dapat menjual barang dengan harga yang sama di manapun juga.
            Low of One Price (LOP) atau hukum satu harga menyebutkan bahwa di dalam suatu pasar persaingan yang tidak ada biaya transportasi serta bebas dari hambatan perdagangan, maka suatu barang yang identik akan mempunyai harga yang sama jika nilai dalam suatu mata uang tertentu. Perbedaan antara PPP dan LOP adalah jika LOP diaplikasikan untuk komoditas individual sedangkan PPP diaplikasikan untuk tingkat harga secara umum ( komposit harga dari keseluruhan komoditas yang masuk dalam kumpulan yang menjadi referensi).
            Nilai tukar riil uang suatu negara adalah jumlah dari barang domestik yang di butuhkan untuk membeli satu unit barang yang sama (identik) di luar negeri. Persamaannya adalah sebagai berikut :
Real Exchange Rate  = e p’/ P
Jika nilai tukar riil >1 , maka lebih dari 1 unit barang domestik di butuhkan untuk membeli barang luar negeri yang identik. Jika nilai tukar riil <1, maka kurang dari 1 unit barang domestik dibutuhkan untuk membeli barang luar negeri yang identik.
            Asumsi utama yang mendasari teori PPP adalah bahwa pasar komoditi merupakan pasar yang efisien dilihat dari alokasi, operasional, penentuan harga, dan informasi. Secara implisit ini berarti:
Semua barang merupakan barang yang diperdagangkan di pasar internasional (tradable goods) tanpa dikenal biaya transportasi sepersen pun;
Tidak ada bea masuk, kuota, atau pun hambatan lain dalam perdagangan internasional;
            Barang luar negeri dan barang domestik adalah homogen secara sempurna untuk masing-masing barang;
Adanya kesamaan indeks harga yang digunakan untuk menghitung daya beli mata uang asing dan domestik, terutama tahun dasar yang digunakan dan elemen indeks harga.

  1. TEORI NILAI TUKAR UANG DALAM ISLAM
Dalam Islam sistem nilai tukar yang dikenal berstandart dinar (emas) dan dirham (perak). Menurut Lee (2011) konversi harga barang terhadap emas dan perak sudah terjadi sejak zaman khulafaur rasyidin. Standart emas direkomendasikan dalam sistem nilai tukar islam karena emas mengisi kriteria maqit al syariah, dimana emas tidak terpengaruh oleh inflasi. Namun jika kita lihat saat ini, emas juga cenderung berfluktuasi mengikuti arah perekonomian dunia. Kestabilan nilai tukar dalam Islam juga bergantung pada tingkat supply dan demand yang terjadi di pasar uang. Oleh karena itu Islam mengakui adanya perubahan atas nilai tukar dari waktu ke waktu karena itu merupakan mekanisme pasar. Intervensi hanya dilakukan ketika stabilitas nilai tukar sulit untuk dicapai.
Dalam transaksi internasional, dasar ketetentuan yang digunakan oleh islam adalah hadis Nabi Muhammad yang megatakan bahwa:
Diriwayatkan oleh Abu Ubadah ibnush-Shamid bahwa Rasullah Saw. telah bersabda,“Emas (hendaklah dibayar) dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam, sama dan sejenis haruslah dari tangan ke tangan (cash). Maka apabila berbeda jenisnya, juallah sekehendak kalian dengan syarat kontan.” (HR Muslim, dalam kitab al-Musaqah)
Arahan Rasulullah Saw. dalam hadits ini mengindikasikan:
  1. Emas dan perak sebagai mata uang tidak boleh ditukarkan dengan sejenisnya (Rupiah dengan rupiah atau dollar dengan dollar) kecuali sama jumlahnya.
  2. Bila berbeda jenisnya, rupiah dengan yen, dapat ditukarkan (exchange) sesuai dengan market rate dengan catatan harus naqdan atau spot.
Beberapa konsep atau peraturan pasar valas dalam  islam:
  1. Pemeritah dapat melakukan intervensi di pasar valas dikarenakan adanya kepentingan public (konsep maslahah
  2. Adanya kemungkinan riba’ pada transasksi selain spot di pasar valas. Karena terjadinya perbedaan suku bunga antar Negara. Dengan demikian Islam hanya memperbolehkan transaksi keuangan spot
  3. Adanya kemungkinan gharar dalam transaksi mata uang antar Negara.
            Dewan Syariah Nasional (DSN) NO.28/DSN-MUI/III/2002 tentang transaksi jual beli mata uang.
Pertama: Ketentuan Umum: Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan)
2. Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan)
3. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai (at-taqabudh).
4. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai.
Kedua: Jenis-jenis Transaksi Valuta Asing
1. Transaksi Spot, dalam Islam hukumnya adalahboleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi internasional.
2. Transaksi Forward, hukumnya haram, karena harga yang digunakan adalah harga yang diperjanjikan (muwa’adah) dan penyerahannya dilakukan di kemudian hari, padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk forward agreement untuk kebutuhanyang tidak dapat dihindari (lilhajah).
3. Transaksi Swap, dalam islam hukumnya haram, karena mengandung unsurmaisir(spekulasi).
4. Transaksi Option, hukumnya haram karena mengandung unsur maisir

            Nilai tukar suatu mata uang di dalam Islam di golongkan dalam dua kelompok, yaitu: Natural dan Human. Kebijakan nilai tukar uang dalam islam menggunakan sistem “Managed Floating”, nilai tukar merupakan kebijakan pemerintah namun pemerintah tidak mencampuri keseimbangan yang terjadi di pasar kecuali terjadi hal-hal yang mengganggu keseimbangan itu sendiri. [7]

Dalam pembahasan nilai tukar menurut islam akan dipakai dua skenario yaitu:
1. Terjadi perubahan-perubahan harga dalam negeri yang memengaruhi nilai tukar uang. Sebab-sebab fluktuasi sebuah mata uang dikelompokkan sebagai berikut:
a.  Natural Exchange Rate Fluctuation, fluktuasi nilai tukar uang disebabkan adanya perubahan-perubahan pada aggregate supply dan aggregate demand.
1)   Fluktuasi nilai tukar uang akibat dari perubahan – perubahan yang terjadi pada permintaan agregatif ( AD ). Expansi AD akan mengakibatkan naiknya tingkat harga secara keseluruhan( P ), seperti kita ketahui bahwa: P= e p' , jika tingkat harga dalam negeri naik, sedangkan tingkat harga di luar negeri tetap, maka nilai tukar mata uang akan mengalami depresiasi. Sebalik nya jika AD mengalami kontraksi maka tingkat harga akan mengalami penurunan yang akan mengakibatkan nilai tukar akan mengalami apresiasi.
2)   Fluktuasi nilai tukar uang akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada penawaran agregatif (AS). Jika AS mengalami kontraksi, maka akan berakibat pada naiknya tingkat harga secra keseluruhan, yang kemudian akan mengakibatkan melemahnya (depresiasi) nilai tukar. Sebaliknya jika AS mengalami expansi maka akan berakibat pada turunya tingkat harga secara keseluruhan yang akan mengakibatkan menguatnya nilai tukar.
b. Human Error Exchange Rate Fluctuation, fluktuasi nilai tukar yang disebabkan karena perilaku manusia seperti korupsi dan administrasi yang buruk, pajak yang yang terlalu tinggi, dan pencetakan uang berlebihan dengan tujuan mencari untung banyak.
1)   Corruption dan Bad Administration yang buruk akan mengakibatkan naiknya harga akibat terjadinya Missallocation of Resources serta Mark-up yang tinggi yang harus dilakukan oleh produsen untuk menutupi biaya-biaya siluman dalam proses produksinya.
2)   Excesssive Tax yang sangat tinggi yang dikenakan pada barang dan jasa akan meningkatkan harga jual dari barang dan jasa tersebut.
3)   Excessive Seignorage, pencetak full-bodyed money atau 100% reserve money tidak akan mengakibatkan terjadinya inflasi. Akan tetapi jika uang yang dicetak selain dari kedua jenis itu maka akan menyebabkan kenaikan tingkat harga secara umum.  
2. Perubahan  harga yang terjadi diluar negeri
Perubahan harga yang terjadi diluar negeri bisa digolongkan  karena 2 sebab yaitu:
a. Non engineered/ non manifulated changes,
Disebut sebagai non eminered/non manifulated changes adalah karena perubahan yang terjadi bukan disebabakan oleh manipulasi (yang dimaksudkan untuk merugikan) oleh pihak-pihak tertentu. Misalkan jika bank central singapura (BSS) mengurangi jumlah uang SGD yang beredar, hal tersebut akan mengakibatkan IDR terdepresiasi tanpa diduga. Oleh karena itu BI biasanya akan menghilangkan efek ini dengan menjual SGD yang dimilikinya (cadangan devisa) baik dengan cara strilised intervention maupun dengan cara unsterilized intervention.
b. Enginered / Manipulated changes
Disebut sebagai enginered / manipulated changes adalah karena perubahan yang terjadi disebabkan oleh manipulasi yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang dimasudkan untuk merugikan pihak lain. misalnya para fund manager di Singapura melepas IDR yang dimilikinya sehingga terjadi banjir rupiah yang mengakibatkan nilai tukar rupiah mengalami depresiasai secara tiba-tiba atau drastis diluar perkiraaan BI.

  1. DAMPAK NILAI TUKAR TERHADAP PEREKONOMIAN
            Sebelum membahas apa dampak nilai tukar terhadap perkonomian, disini akan menjelaskan sedikit tentang apa itu nilai tukar uang.” perbedaan nilai tukar mata uang suatu negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang tersebut”, fluktuasi nilai tukar sekarang dari sebagian orang dianggap sebagai salah satu penyebab terjadinya krisis ekonomi di indonesia, itu terjadi karena adanya ketidakstabilan nilai tukar ini mempengaruhi arus modal atau investasi dan perdagangan internasional.
            Disini akan menjelaskan sedikit alasan mengenai statement diatas. Indonesia sebagai negara yang banyak mengimpor bahan baku indrustri mengalami dampak dari ketidakstabilan kurs ini yang dapat dilihat dari melonjaknya biaya produksi sehingga menyebabkan harga barang-barang milik indonesia mengalami kenaikan. Bukan hanya itu saja terjadinya naik turun nilai tukar menjadi sesuatu yang biasa terjadi. Ini di sebabkan karena pada dasarnya, kurs mata uang yang mengedapankan atau berdasarkan pada kondisi kekuatan pasar. Biasanya memang selalu berubah setiap saat pada setiap kali perubahan kurs mata uang yang ada pada salah satu negara yang berubah juga. Dalam hal ini, kondisi kurs mata uang menjadi sangat berharga jika kemudian permintaan lebih besar dibandingkan dengan pasokan yang ada. Sedangkan pada nilai kurs mata uang kemudian bisa menjadi menurun atau berkurang  jika permintaan pun mengalami kekurangan dari supply yang ada saat itu.
            Dari sini kemudian bisa dipahami bahwa, jika memang terjadi kenaikan permintaan terhadap mata uang itu adalah hal yang baik. Hal itu terjadi karena hal tersebut menandakan terjadinya peningkatan permintaan untuk transaksi uang. Paling tidak, terjadinya peningkatan permintaan uang yang bersifat spekulatif di lihat dari kondisi yang ada. Banyak contoh yang bisa kita ambil dari dampak ketidakstabilan nilai tukar rupiah, bukan hanya dari segi produksi barang, penjualan ataupun ekspor-impor. Sebagaimana yang diketahui bahwa di Indonesia ini ada masalah mengenai nilai tukar rupiah, ini juga berdampak pada Bank Indonesia. Masalah kurs mata uang ini menjadi semacam masalah yang menjadikan Bank Indonesia mengalami sedikit kesulitan, terutama sekali dalam hal melakukan penyesuaian dalam pasokan uang.
            Maksudnya disini; bahwasanya dalam hal melakukan penanganan pada permintaan uang  pada jenis yang bertujuan spekulatif, maka bank sentral sejatinya mengalami sedikit kesulitan dalam hal mengakomodasinya. Meski demikian, tetap saja akan diupayakan dan selalu dicoba dalam hal penyesuaian tingkat suku bunga pada kurs mata uang. Dengan tujuan agar investor bisa mendapatkan kembali pilihan hingga mereka mau memutuskan untuk kembali membeli mata uangnya jika memang suku bunga cukup tinggi. Namun pada kondisi lain, masalah berikutnya adalah makin tingginya satu negara menaikkan suku bungga pada kurs mata uang, hal ini berbanding lurus dengan kebutuhan untuk mata uang yang dengan sendirinya akan pula semakin membesar. Perlu kita ketahui bahwasannya kaitannya dengan masalah kurs mata uang pada perlakuan tindakkan spekulasi terhadap realitas mata uang seprti ini, pada akhirnya akan berkaitan dengan bisanya menghambat pertumbuhan perekonomian yang ada pada sebuah negara bersangkutan sementara itu para pelaku spekulasi ini akan terus melakukan usaha agar kurs mata uang dibuat di bawah tekanan terhadap mata uang. Hal ini di lakukan agar dalam rangka melakukan pemaksaan. Supaya bank sentral bisa menjual mata uang nya agar bisa menjaga terjadinya stabilitas pada mata uang.
Tingkat sebuah mata uang memiliki dampak langsung pada aspek-aspek ekonomi berikut ini:
-          Perdagangan barang
Perdagangan barang disini mengacu pada perdagangan internasional suatu negara, atau ekspor dan impor. Secara umum, mata uang yang lemah akan merangsang ekspor dan membuat impor lebih mahal, sehingga mengurangi defisit perdagangan suatu negara (atau meningkatkan surplus) dari waktu ke waktu.
Contoh sederhana untuk menggambarkan konsep ini adalah sebagai berikut: Asumsikan Anda adalah seorang eksportir AS yang menjual satu juta widget dengan harga masing-masing $ 10 untuk pembeli yang ada di Eropa dua tahun lalu, nilai tukar pada saat itu adalah EUR 1 = 1,25 USD. Biaya untuk pembeli Eropa Anda adalah sebesar EUR 8 per widget. Pembeli Anda sedang melakukan negosiasi harga yang lebih baik untuk pesanan besar, dan karena dolar telah menurun menjadi 1,35 per euro, Anda mampu untuk memberikan potongan harga $ 10 per widget. Bahkan jika harga baru yang Anda berikan adalah EUR 7,50, yang bearti diskon 6,25% dari harga sebelumnya, harga dalam USD akan masih sebesar $ 10,13 dengan kurs saat ini. Depresiasi mata uang lokal Anda adalah alasan utama mengapa bisnis ekspor Anda tetap kompetitif di pasar internasional. Sebaliknya, mata uang yang menguat secara signifikan dapat mengurangi daya saing ekspor dan membuat impor lebih murah, yang dapat menyebabkan defisit perdagangan akan terus berlanjut, dan kemudian nantinya melemahnya mata uang bisa saja terjadi untuk penyesuaian keadaan. Tapi sebelum penyesuaian ini  terjadi, sektor industri yang sangat berorientasi pada ekspor dapat hancur terlebih dahulu karena mata uang yang  terlalu kuat.
-          Pertumbuhan ekonomi
Rumus dasar untuk PDB adalah C + I + G + (X – M) dimana:
C = Konsumsi atau belanja konsumen, komponen terbesar dari ekonomi
I = Modal investasi oleh perusahaan dan rumah tangga
G = Belanja Pemerintah
(X – M) = Ekspor dikurangi impor, atau ekspor neto.
Dari persamaan ini, jelaslah bahwa semakin tinggi nilai ekspor neto, semakin tinggi PDB suatu negara. Seperti dibahas sebelumnya, ekspor bersih memiliki korelasi terbalik dengan kekuatan mata uang domestik.
-          Arus modal
Modal asing akan cenderung mengalir ke negara-negara yang memiliki pemerintahan yang kuat, ekonomi dinamis dan mata uang yang stabil. Sebuah negara perlu memiliki mata uang yang relatif stabil untuk menarik modal investasi dari investor asing. Jika tidak, prospek pertukaran kerugian yang diakibatkan oleh depresiasi mata uang dapat menghalangi investor luar negeri. Arus modal dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yang utama – Investasi asing langsung (FDI), dimana investor asing mengambil saham di perusahaan yang ada atau membangun fasilitas baru di luar negeri, dan investasi portofolio asing, di mana investor asing berinvestasi di sekuritas luar negeri. FDI adalah sumber dana penting  untuk ekonomi negara berkembang seperti China dan India, yang pertumbuhannya akan terganggu jika modal tidak tersedia. Pemerintah lebih menyukai FDI daripada investasi portofolio asing, karena investasi portofolio asing lebih seperti “uang panas” yang dapat meninggalkan negara ketika keadaan menjadi sulit. Fenomena ini, disebut sebagai “pelarian modal”, yang dapat dipicu oleh peristiwa negatif, termasuk devaluasi yang diharapkan atau diantisipasi dari mata uang.
-          Inflasi
Sebuah mata uang yang terdevaluasi dapat mengakibatkan “impor” inflasi bagi negara-negara importir besar. Penurunan mendadak sebesar 20% dari mata uang domestik dapat menyebabkan produk impor naik hingga 25% atau lebih yang artinya bahwa penurunan 20% mengharuskan peningkatan sebesar 25% untuk kembali ke modal awal.
-          Suku bunga
Seperti disebutkan sebelumnya, tingkat nilai tukar adalah pertimbangan utama bagi sebagian besar Bank sentral saat mengatur kebijakan moneter. Misalnya, mantan Gubernur Bank of Canada , Mark Carney, mengatakan dalam sebuah pidatonya pada September 2012 bahwa bank memperhatikan nilai tukar dolar Kanada dalam mengatur kebijakan moneter. Carney mengatakan bahwa kekuatan terus-menerus dari dolar Kanada adalah salah satu alasan mengapa kebijakan moneter Kanada telah “sangat akomodatif” untuk waktu yang begitu lama. Sebuah mata uang domestik yang kuat memberikan suatu hambatan pada ekonomi, ia akan memberikan hasil akhir yang sama seperti kebijakan moneter yang lebih ketat (yaitu suku bunga yang lebih tinggi). Selain itu, pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut pada saat mata uang domestik sudah terlalu kuat dapat memperburuk masalah dengan menarik “uang panas” lebih dari investor asing, yang sedang mencari investasi untuk penghasilan lebih tinggi (yang selanjutnya akan mendongkrak mata uang domestik).

  1. PENGARUH GLOBAL DARI NILAI TUKAR MATA UANG
Pasar forex global sejauh ini merupakan pasar keuangan terbesar dengan volume perdagangan harian lebih dari $ 5 triliun – jauh melebihi pasar lain termasuk saham, obligasi dan komoditas. Meskipun demikian, volume perdagangan yang sangat besar, mata uang tetap menjadi yang utama sepanjang waktu. Namun, ada kalanya mata uang bergerak dengan cara dramatis, pada saat seperti itu, gaung dari gerakan ini dapat benar-benar dirasakan di seluruh dunia.
Beberapa peristiwa global yang terpengaruh oleh nilai tukar mata uang adalah:
-          Krisis Asia 1997-1998
Krisis Asia dimulai dari devaluasi baht Thailand pada bulan Juli 1997. Devaluasi terjadi setelah baht diserang spekulatif intens, memaksa bank sentral Thailand untuk bergantung terhadap dolar AS dan membiarkan mata uangnya tidak stabil. Hal ini memicu keruntuhan finansial yang menyebar ke ekonomi tetangga seperti Indonesia, Malaysia, Korea Selatan dan Hong Kong. Hal ini menyebabkan kebangkrutan di negara-negara tersebut dan pasar saham jatuh.
-          Runtuhnya Yuan China:
Nilai Yuan China stabil selama satu dekade yaitu 1994-2004, yang memungkinkan ekspornya meningkat . Hal ini menimbukan banyak keluhan dari AS dan negara-negara lain bahwa China secara sengaja menekannilai mata uangnya untuk meningkatkan ekspor. Yuan Cina dihargai pada kecepatan yang moderat, mulai lebih dari 8 terhadap dolar pada tahun 2005 menjadi lebih dari 6 tahun 2013.
-          Perputaran yen Jepang dari tahun 2008 hingga pertengahan 2013
Yen Jepang telah menjadi salah satu mata uang yang paling stabil dalam lima tahun terakhir sampai pertengahan 2013. Sejak Agustus 2008 , yen – yang telah menjadi mata uang favorit untuk carry trades karena kebijakan suku bunga Jepang mendekati nol – mulai sangat disukai karena investor yang panik berbondong-bondong membeli mata uang tersebut untuk melunasi pinjaman mereka dalam mata uang yen. Akibatnya, yen dihargai lebih dari 25% terhadap dolar AS dalam lima bulan sampai Januari 2009. Pada 2013, stimulus moneter Perdana Menteri Abe dan rencana stimulus fiskalnya – yang dijuluki “Abenomics” menyebabkan penurunan sebesar 16% dalam yen dalam lima bulan pertama tahun ini.
-          Kekhawatiran  Euro (2010-2012)
Kekhawatiran bahwa negara-negara berhutang seperti Yunani, Portugal, Spanyol dan Italia pada akhirnya dipaksa keluar dari Uni Eropa, menyebabkan Euro  hancur, euro turun sebesar 20% dalam tujuh bulan terakhir, dari tingkat 1,51 pada bulan Desember 2009 menjadi sekitar 1,19 pada bulan Juni 2010. Jeda yang menyebabkan mata uang tersebut menapak kembali semua kerugiannya selama tahun berikutnya terbukti hanya bersifat sementara, karena kebangkitan Uni Eropa menghentikan kekhawatirannya lagi sehingga menyebabkan penurunan 19% dalam euro dari Mei 2011 hingga Juli 2012.
-          Dampak Devaluasi Mata Uang Cina ( 2016)
Setelah hanya lima bulan mengejutkan dunia dengan mendevaluasi yuan pada Agustus lalu, People’s Bank of China (POCBC) atau Bank Rakyat Cina, kembali memotong suku bunga acuan untuk yuan sebesar 0,5%. Dampaknya, nilai mata uang yuan langsung jeblok ke 6,5945 per dolar AS, terlemah sejak Februari 2011. Hanya dalam empat hari, mata uang Cina telah kehilangan nilai sebesar 1,5%.
Namun tak hanya dirasakan Cina, devaluasi yuan diprediksi akan berimbas besar terhadap nilai mata uang, saham, serta ekonomi global. Pertama, hal tersebut semakin menimbulkan kekhawatiran mengenai laju pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut. Publik menilai, jika keputusan devaluasi yuan pada Agustus lalu telah menimbulkan kepanikan di pasar global, sekarang kekhawatiran terhadap laju perekonomian di Cina bakal semakin bertambah.
Pada November tahun lalu, ekspor Cina menurun drastis hingga 6,8 persen. Berkurangnya permintaan global serta meningkatnya biaya tenaga kerja menjadi penyebab menurunnya ekspor Cina selama lima bulan beruntun.
Kedua, devaluasi yuan juga menjadi kabar buruk bagi negara yang berorientasi ekspor seperti Singapura, Hong Kong, Korea Selatan, dan Taiwan. Untuk pasar Cina, nilai ekspor mereka tentunya akan menjadi lebih mahal. Namun di sisi lain, negara-negara tersebut juga harus bersaing dengan negara lain untuk mengekspor barang ke Negeri Tirai Bambu.
Survei Bloomberg menyebutkan, perusahaan non-keuangan di Asia mampu mengumpulkan lebih dari 80 persen pendapatan mereka dari pasar Cina, Eropa, dan Amerika. Jika dikombinasikan, keuntungan bersih tahunan mereka naik dari 40 miliar dolar AS pada tahun 2010 menjadi 50 miliar dolar AS pada tahun 2013.
Ketiga, devaluasi yuan juga dikhawatirkan dapat memukul nilai mata uang Asia lainnya serta komoditas perdagangan. Menurut Barclays, Standard Chartered, dan Mizuho Bank, mata uang Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura adalah mata uang yang paling rentan mengalami pelemahan. Pada hari Kamis (7/1), nilai dolar Singapura merosot ke posisi terendah dalam enam tahun terakhir, sedangkan won (mata uang Korea Selatan) berada di level terendah dalam empat bulan terakhir.
Keempat, devaluasi yuan juga akan memberikan tekanan pada negara-negara berkembang di Asia, seperti Vietnam, Malaysia, dan Indonesia untuk menekan mata uang mereka sendiri. Devaluasi kompetitif seperti ini sebelumnya pernah terjadi ketika krisis moneter menerjang Asia pada tahun 1997 silam. Menurut penelitian Financial Times terhadap lebih dari 100 negara, devaluasi kompetitif seperti ini memang bisa mengurangi impor, namun tidak memberikan manfaat apa pun terhadap pertumbuhan ekspor.
Terakhir kelima, semakin melemahnya nilai yuan terhadap mata uang mitra dagangnya, juga semakin memperbesar risiko keuntungan perusahaan dan memengaruhi bank-bank di daerah. CEO DBS, Piyush Gupta, pada Rabu (6/1) lalu telah memperingatkan bahwa depresiasi yuan bisa menyebabkan nilai utang perusahaan Cina dalam bentuk dolar AS bakal semakin tinggi, dan pembayaran utang tersebut akan menjadi jauh lebih sulit.












BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN
  1. Nilai tukar adalah sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan satu unit mata uang negara lain. Menurut Madura, ada beberapa faktor yang terjadi di negara yang bersangkutan yaitu selisih tingkat inflasi, selisih tingkat suku bunga, selisih tingkat pertumbuhan GDP, intervensi pemerintah di pasar valuta asing dan perkiraan pasar atas nilai mata uang yang akan datang (expectations).
  2. Pada dasarnya terdapat empat jenis sistem kurs utama yang berlaku yaitu: fixed exchanged rate system, freely floating exchanged rate system, managed floating exchanged rate system, dan pegged exchanged rate system.
  3. Nilai tukar suatu mata uang di dalam Islam digolongkan dalam dua kelompok, yaitu: Natural dan Human. Dalam pembahasan nilai tukar menurut islam akan dipakai dua skenario yaitu: perubahan harga yang terjadi di dalam negri dan perubahan harga di luar negeri.
  4. Pergerakan mata uang bisa memiliki dampak yang  luas tidak hanya pada ekonomi domestik, tetapi juga pada ekonomi global. Karena pergerakan mata uang bisa menjadi resiko potensial ketika seseorang memiliki eksposur forex yang subtansial, mungkin lebih baik untuk membatasi nilai risiko ini melalui instrumen nilai lindung  yang tersedia.





DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Yoopi. 2004. Memahami Kurs Valuta Asing , Jakarta: FE-UI.
Blanchard, Foliver. 2006. Macroeconomics Fourth Edition, New Jersey: Prentice Hall.
Karim, Adiwarman. 2013. Ekonomi Makro Islami Edisi Ketiga, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus. 2004. Ilmu Makro Ekonomi, Edisi tujuh belas, Jakarta: PT Media Global Edukasi.




[1] Yoopi Abimanyu, "Memahami Kurs Valuta Asing"(FE-UI, Jakarta:2004)
[2] FOliver Blanchard, "Macroeconomics Fourth Edition" (Prentice Hall, New Jersey: 2006)
[3] Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus,Ekonomi, Edisi kedua belas jilid 2,Jakarta: Erlangga, 1992, hal. 622 – 628
[4] Op.Cit
[5] Lawrence S. Ritter dan William L. Silber dalam Imamudin Yuliadi,Ibid

[6] Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Ilmu Makro Ekonomi, Edisi tujuh belas, Jakarta: PT Media Global Edukasi, 2004
[7] Adiwarman Karim,Ekonomi Makro Ekonomi (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),  hal. 168

Tidak ada komentar:

Posting Komentar